NYANYIAN
SUNYI KOTA LAMA CABENGE
Oleh
: H. A. Ahmad Saransi
Sunyi menemani kota lama
ini. Plang nama jalan dan nama pemilik rumah menjadi petunjuk arah sekaligus
mengabadikan sejarah kehidupannya. Sejarah yang masih terbenam dalam aktivitas
keseharian warganya yang bergerak sunyi menuju pelestariannya sebagai kota lama
Cabenge - Kecamatan Lilirilau Soppeng.
Bagi sebagian orang, Cabenge, mungkin tidak lebih dikenal dibandingkan Pajalesang sebagai tempat pasar sentral dan pusat pemerintahan kecamatan Lilirlau sekarang. Tak heran kerap kali muncul pertanyaan, Cabenge itu sebelah mananya Pasar Setral atau sebelah mananya Kantor kecamatan Lilirilau?
Bola Doko Cabenge
Dalam sejarahnya, Pajalesang
merupakan pusat perekonomian dan pusat pemerintahan keempat setelah Cabenge pada
tahun 1970an, yang ditandai berpindahnya pasar sebagai pusat perekonomian dan
kantor Kecamatan Lilirilau ke Pajalesang.
Bupati ke-3 H. Andi Made
Alie yang menjabat selama 1965 – 1979 kemudian memindakan pusat perekonomian dan
pusat pemerintahan Kecamatan Lilirilau dari ibu kota Cabenbe – yang sudah lebih
maju dibandingkan dengan Pajalesang. Hal ini lebih strategis dijadikan ibu kota
karena dilewati jalan negara yang menghubungkan beberapa daerah Kabupaten dan
Ibu kota provinsi.
Sebagai kota yang dikenal cukup maju pada masanya, kota
lama Cabenge yang kini menjadi ibu kota kelurahan meninggalkan bangunan
bersejarah yang cukup populer berupa makam
Arung Lompengeng di kompleks masjid lama Cabenge kemudian berubah menjadi
Sekolah Ara’, beberapa rumah para bangsawan di Cabenge seperti Saoraja Petta
Baringeng, Saoraja Bola Batu (Milik Petta Bau Nur Din mantan Kepala Distrik
LIlirilau), dan Petta Sulewatang Rilau di jalan Lompengeng. Saoraja Milik Datu
A. M. Ishak (Datu Sahaka) dan Petta
Sulewatang Pajalesang di jalan Sukarela.
Disamping itu kita masih
menemukan bangunan pusat perekonomian Cabenge berupa bangunan toko Pasar
Cabenge, pergudangan di bantaran Sungai Walanae, dan bangunan bioskop, bola doko (puskesmas), disamping itu kita masih temukan rumah milik
Sudagar Tionghoa yang sudah dijual kepribumi. Kemudian kita masih dapat temukan
rumah kaum saudagar Cabenge yang tegabung dalam Persekutuan Dagang Lilirilau
(PEDALI), seperti rumah H. Mattarima, Abd. Wahid, H. Salo, dan lain.lain.
Harmonis
Kota lama Cabenge yang dapat
ditinjau lontara dan arsip, kota yang memiliki luas sekitar 5 hektar
merupakan pusat pengembangan kedua oleh La
Paddo Arung Lompengeng ke 8 sekitar tahun
1867.
Dari kota lama inilah
kemudian oleh anak keturnannya dari masa pemerintahan La Paddo berturut-turut kemudian oleh To Sibenngareng Arung Lompengeng ke 9,
Page Lipue Arung Lompengeng ke-10, La Sanang Arung Lompengeng ke-11, hingga Petta
Bau Nur Din (Kepala Distrik Lilirilau) bermula
kemajuan ekonomi dan kehidupan harmonis orang Cabenge dengan para pendatang,
saling mengisi tumbuh subur, antara lain dengan warga pendatang dari Toraja, Manado,
etnis Arab, Pakistan, dan warga keturunan. Begitupun warga lainnya dari sekitar
daerah Soppeng seperti dari Wajo, Sidenreng Rappag, Bone, dan lain-lainnya.
Namun setelah bergesernya pusat perrekenomian tersebut, membuat kota lama Cabenge menjadi sunyi sepi dari program prioritas pemenrintah. Tentunya kita sangat berharap kepada Calon Bupati Soppeng yang akan datang dapat memperhatikan dan membangkitkan perekonomian Cabenge. Semoga …
Komentar
Posting Komentar