TANGGAPAN MASYARAKAT SOPPENG
TERHADAP BERITA PROKLAMASI KEMERDEKAAN RI 1945
OLeh : H. A. Ahmad
Saransi
Radio Milik Andi Machmud ini untuk pertama kali didengar berita proklamasi di Soppeng
Hari ini kita memperingati 75 tahun kemerdekaannya. Saya
memanfaatkan kesempatan ini untuk memberikan informasi mengenai berita
proklmasi kemerdekaan RI yang pertama kali diterima di daerah Soppeng.
Perlu kita ketahui
bersama bahwa sebelum dikumandangkan Proklamsi Kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945 maka pada tanggal
10 Agustus 1945, utusan dari Sulawesi yang terdiri dari Dr. Sam Ratulangi, Andi
Pangerang Petta Rani, Andi Sultan Daeng Radja, serta A.Z. Abidin bertolak ke
Jakarta. Mereka hendak menghadiri rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) yang berlangsung pada 18 Agustus 1945, tepat sehari setelah proklamasi.
Di sisi lain pada 15
Agustus 1945, Jepang menandatangani perjanjian penyerahan yang menyatakan
Indonesia tetap berada di bawah pengawasan mereka hingga sekutu tiba mengambil
alih. Hal ini kian merintangi komunikasi Sulawesi dengan Pulau Jawa ketika itu.
Setelah melalui
perumusan naskah proklamasi maka pada hari jumat tanggal 17 Agustus 1947 jam
10.00 pagi teks Proklamasi Kemerdekaan
RI berhasil di bacakan di rumah pribadi Ir Soekarno jalan Pengangsaan Timur
nomor 56 Jakarta.
Berita proklamasi itu di sulawesi selatan
tidaklah di ketahui secara merata oleh pemimpin-pemimpin rakyat yang ada di pedalaman. Hal ini di karenakan kurangnya
alat komunikasi yang di miliki. Begitupun setelah datangnya utusan delegasi
Sulawesi pada tanggal 19 Agustus 1945
tiba di Makassar. Namun mereka terlambat menyebarkan berita proklamasi
tersebut berhubung pesawat yang ditumpangi mendarat di Sapira dekat Bulukumba.
Karena menderita sakit Andi Sultan Daeng Raja tinggal di Bulukumba, Andi
Pangerang Daeng Rani ke Bone; dan Dr Ratulangi serta Mr. Zainal Abidin kembali
ke kota Makassar[1].
Sementar itu, di Soppeng berita
proklamasi pertama kali di ketahui oleh Andi Mahcmud lewat radio miliknya pada tanggal 14 Ramadhan tahun 1476 atau tanggal
22 Agustus 1945 jam 06.00 pagi[2] di distrik Liliriaja - Cangadi.
Setelah mendengar berita penting tersebut Andi Machmud segera mengirim kabar keseluruh daerah Soppeng bahwa Indonesia telah merdeka. Selanjutnya setiap malam di rumahnya selalu diadakan pertemuan dengan pemuda-pemuda untuk membicarakan berita penting tersebut. Hal ini berdampak positif, ini dapat dilihat dari sikap masyarakat utamanya para pemuda-pemuda yang berada di bawah pengaruh Andi Machmud. Karena ternyata sikap rakyat tidak hanya sekedar memberikan atau memperoleh simpati diam, melainkan juga dalam bentuk dukungan aktif yang diwujudkan dengan kesediaan mereka untuk berkorban. Hal ini dapat dibuktikan bahwa dukungan yang diberikan masyarakat terhadap Andi Machmud, bukan saja terlihat dari kesedian mereka secara sukarela menjadi anggota dari organisasi Pemuda Nasional Indonesia (PNI) yang dibentuk didaerahnya, dan juga terlihat dari tingkah laku rakyat yang setia, taat dan patuh sepenuhnya kepada apa yang dinyatakan dan diperintahkan oleh Andi Machmud sebagai Pangulu (pemimpin). Andi Machmud selaku pangulu Lompo Galung yang menjadi panutan itu, menerima pengabdian total dari pendukungnya atau rakyatnya dalam kaitan memberikan dukungan penuh kepada cita-cita proklamasi tersebut.
Suasana daerah Soppeng khususnya
daerah distrik Liliriaja setelah penduduknya secara resmi mendengar atau
mengetahui berita proklamasi kemedekaan dan sikap Andi Machmud selaku pemimpinnya,
dalam waktu yang relatif singkat memperlihatkan tingkah laku penduduknya lain
dari pada biasanya. Jika pada masa menjelang proklamasi kemerdekaan, terutama
saat terakhir masa pendudukan militer
Jepang termasuk periode penindasan pemerintah kolonial Belanda mereka telah memperlihatkan tingkah laku yang agresif
dan revolusioner.
Semua lapisan sosial di masyarakat, dari semua tingkatan umur,
menyambut berita proklamasi itu dengan perasaan syukur kepada Tuhan, perasaan
kegembiraan yang terlihat di wajah-wajah penduduknya dan yang terpenting
perasaan siap bertarung untuk mempertahankan kemerdekaan bila Belanda akan menjajah
kembali. Perasaan terakhir ini, adalah terlihat terutama dikalangan
pemuda-pemuda. Dan memang, dalam perkembangan perjuangan kemudian, kelompok
pemuda inilah yang banyak menentukan berhasil tidaknya pertarungan militer
dalam melawan invansi militer Belanda. Tenaga pemuda yang progresif dan
revolusioner yang tegabung dalam lasykar Gabungan Pemuda Indonesia Soppeng
(GAPIS) yang berdiri di front paling terdepan menghadapi serdadu NICA yang
berusaha menghancurkan perlawanan rakyat Sulawesi Selatan , khususnya di
Soppeng. Merdeka...!!!!
[1] Sarita Pawiloy, Arus Revolusi di Sulawesi Selatan. Ujung Pandang : Dewean Harian Angkatan 45 Propinsi Sulawesi Selatan Masa Bakti 1985-19989, hal.75.
[2]
“Ketika itu udara Cangadi sangat cerah, kami sementara duduk diberanda belakang
bersama beliau, tiba-tiba kami disuruh
diam, lalu dia bergegas kedepan radionya.Setelah kami terdiam sejenak
saya bertanya , “ada apa?” . Dengan gemetar beliu menjawab, ”Kita sudah merdeka
! , sambil mencium jidak saya”.
Wawancara dengan H.Andi Banna dalam karya ilmiahAhmad Saransi “ Sepak Terjang Andi Machmud dalam
mempertahankan
Komentar
Posting Komentar